WWW.JAMBOREHIPMIPTASEAN.COM, BANDUNG –
Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman dan Sumber Daya RI, Rizal Ramli, Ph.D., mengajak
para calon/ pengusaha muda dan pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia
(HIPMI) untuk berpikir di luar kotak, thinking out of the box, guna mencari
solusi untuk membawa perekonomian Indonesia keluar dari masalah.
Menko Rizal mencontohkan
terobosan-terobosan yang ia lakukan agar Indonesia menjadi negara layak
investasi dan infrastruktur di berbagai pelosok negeri dapat dibangun dengan
layak, memenuhi standar nasional, dan berkualitas tinggi.
"Kita harus berpikir out of
the box. Indonesia perlu menerbitkan bond (obligasi)
senilai US $ 100 miliar untuk membayai (financing)
pembangunan infrastruktur setelah revaluasi seluruh aset Badan Usaha milik
Negara (BUMN),” tutur Menko Rizal pada Selasa (24/5) siang.
Tepatnya, saat menjadi narasumber dalam
acara Jambore HIPMI Perguruan Tinggi
(PT) Se-ASEAN pada Selasa (24/5) di Telkom University, Kabupaten Bandung,
Jawa Barat.
Acara ini berlangsung sejak Ahad (22/5)
hingga Kamis (26/5) dan mengangkat tema Revolusi
Mental, Jalan Tengah Membangun Entrepreneur Muda yang Berdaya Saing di Era
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Menurutnya, revaluasi aset-aset seluruh
BUMN di Indonesia sangat diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi
Indonesia yang saat ini hanya mencapai rata-rata lima persen per tahun dan
ditargetkan menjadi enam koma lima persen hingga akhir tahun ini.
“Sayang sekali, hanya beberapa BUMN yang
menangkap ide untuk melakukan revaluasi aset sehingga nilai asetnya naik
menjadi Rp 800 triliun. Kalau seluruh BUMN di Indonesia melakukan revaluasi
aset, maka asetnya akan naik menjadi Rp 2.500 triliun,” jelas Rizal.
Bila gagasan ini dapat dijalankan, lanjutnya,
maka kepercayaan investor akan bangkit dan mereka berebut untuk menanamkan
investasinya di Indonesia.
“Percuma kita bolak-balik mengundang
perusahaan asing ke dalam negeri. Mereka nggak bodoh. Kecuali di sektor sumber
daya alam, investor asing tidak akan mau berinvestasi di Indonesia karena
pertumbuhan ekonominya hanya rata-rata sekitar lima persen per tahun,”
ungkapnya.
Kondisi ini tidak akan membuat investasi
asing mengalir deras ke Indonesia karena mereka lebih tertarik berinvetasi ke
China dan India yang pertumbuhuan ekonominya lebih tinggi.
“Mereka akan berpikir untuk apa investasi
di Indonesia kalau pertumbuhan ekonomi di India mencapai rata-rata tujuh koma
tiga persen, dan di China mencapai rata-rata tujuh koma dua persen?,” tuturnya.
Menko Rizal Ramli pun berencana
menggunakan dana hasil penerbitan obligasi itu untuk membangun infrastruktur di
seluruh wilayah Indonesia dan sebagian untuk menggerakkan sektor riil.
“Pemerintah tidak usah pusing lagi, kita
mampu membangun jalur kereta api sepanjang Pulau Sumatera, Kalimantan, dan
Sulawesi. Apalagi biayanya hanya US $ 40 miliar. Kita bisa sisihkan Rp 60
miliar lagi untuk memompa pertumbuhan sektor riil di seluruh Indonesia,”
ucapnya.
Namun, Rizal Ramli pun menyesalkan ide ini
belum sepenuhnya didukung oleh rekan-rekan menteri di Kabinet Kerja. “Sayang
sekali, tidak semua menteri di Kabinet Kerja mendukung gagasannya, bahkan tidak
semua BUMN melakukan revaluasi aset,” ungkapnya.
Dalam sesi seminar ini Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) HIPMI, H. Bahlil Lahadahlia, S.E, turut hadir dan memberikan pengantar seminar di depan 4.000 peserta Jambore HIPMI PT Se-ASEAN. Adapun moderatornya ialah Ketua BPP HIPMI, Dr. H. Anggawira, M.M.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani


Tidak ada komentar:
Posting Komentar